Sabtu, 09 Mei 2020

POS PERBATASAN RI - RDTL ( PART 1 )

Ini adalah sebuah Petualangan Kebudayaan..
Mengais rejeki di tanah TIMOR LOROSA'E




















Merupakan Pos Perbatasan Republik Indonesia dengan Republik Demokratik Timor Leste (1999).

    Pada tahun 2011 (Kurang lebih 10 tahun semenjak secara resmi Timor-timur lepas dari pangkuan Ibu Pertiwi), saya yang bekerja dibidang Konstruksi mendapatkan tugas untuk memegang salah satu jabatan di Proyek Pembangunan Infrastruktur di daerah sana. Waktu itu kami membangun Jalan Nasional Motamasin - Betun yang kurang lebih memiliki jarak sepanjang 21km.

    Perjalanan dimulai pada saat saya turun dari pesawat di bandara Kupang NTT, waktu itu kira2 pukul 10 siang. setelah menunggu kurang lebih 1jam, akhirnya ada telpon masuk dan mengatakan bahwa dia adalah orang yang akan menjemput saya dan langsung mengantar ke lokasi proyek Motamasin, dan singkat cerita akhirnya kami bertemu dan berkenalan di lahan parkir kendaraan bandara.

Syok Therapy 1  ðŸ˜­ðŸ˜­
    Pada saat mobil kami baru keluar pos tiket bandara (kurang lebih 500m) mobil kami dipepet sebuah mobil kijang gembel yang bagian kaki2nya berbunyi kreoott.. kreoott.. kendaraan itu menyalip kedepan kendaraan kami dan berhenti tepat didepan, kemudian turunlah 2 orang dengan tampang siap perang (yaa tau sendiri dahh typical dan karakter orang Timur Indonesia).
Akhirnya supir saya keluar dari mobil, dan mereka sepertinya mempermasalahkan sesuatu (maklum waktu itu mereka memakai bahasa lokal) terlihat sangat seru. setelah 20 menit akhirnya masing2 kembali ke mobilnya, dan supir saya mengatakan bahwa mereka mengaku adalah orang yang disuruh untuk menjemput saya "juga" ???  

ni perassaan yg mo jemput pade berebutan gini yaaa.. :)

kemudian kami berkumpul disebuah kantor Jasa Travel dan bertemu dengan bos kantor tersebut, setelah melewati perdebatan yg cukup sengit akhirnya perusahaan travel berkoordinasi dengan HRD Perusahaan saya dan diputuskan bahwa kedua orang yang bermobil kijang gembel tersebut yang akan mengantar saya ke lokasi proyek.

    Pada pukul 2 siang saya memutuskan untuk memulai perjalanan menuju Motamasin, dan saya baru diberitahu bahwa untuk menuju Motamasin membutuhkan waktu sampai 10jam perjalanan.... fuuhhhh !#&*$!#
kami banyak berbincang didalam mobil dan masing2 memperkenalkan diri (yang supir Andri dan yg satunya Sius), yang ternyata 2orang ini mempunyai karakter dan sifat yang sopan dan bersahabat, berbanding terbalik dengan penampilan mereka yang sangar dan tegas, dan mereka juga sangat menghargai saya sebagai pendatang.

    Pada sore hari kira2 waktu Maghrib, kami sampai pada desa terakhir dan kami putuskan untuk beristirahat. Berdasarkan informasi perjalanan selanjutnya akan banyak di dominasi oleh hutan dan perbukitan, dan menurut penduduk desa sebaiknya kami menginap di desa ini dan melanjutkan perjalanan besok pagi, karena menurut mereka jalur yang akan kami lalui merupakan daerah rawan begal dan perampokan... Hadeuuuhhhh ampuuunnn.....

Penampakan awal jalur yang akan kami lewati....


















    Akhirnya saya menginformasikan kepada bos perihal keterlambatan ini, dan diluar dugaan bos malah menyuruh kami untuk terus melanjutkan perjalanan, sampai si bos ngomongnya agak bernada tinggi "Saya lewat sana jam 2 malam g ada apa2 koq.. jalan aja terus mana supirnya biar saya yg ngomong" kata bos. Dalam hati saya berkata "ya iyalah dia kan pake mobil baru 4WD pula, yang kalo ada batu2 atau ada lumpur jalannya bisa ngebut teruuusss.. dan orang didalamnya g kerasa, lahh kitaaaa gimana...??

    Andri (supir) orangnya tinggi besar, tampang perang, bengis dan kayak yg g ada takutnya setelah dia bicara sama bos langsung menghadap saya, saya lihat mukanya memucat ketakutan (baru ini saya liat orang Timur (hitam) mukanya pucet gitu, lahh orang lokal sampe begitu ya gimana ama saya pendatang yg baru pertama kali kesini..:(
Dia menanyakan kepada saya "gimana ni? bos suruh kita jalan terus, sedangkan kondisi jalan berlumpur karena longsor dan mobil saya kondisinya parah. (mobil yg kami gunakan adalah mobil Toyota Kijang yang kondisinya sudah sangat bobrok, sepanjang jalan bunyi kreott.. kreott.. pada bagian kaki2 mobilnya)
Bersama 3 orang penduduk desa tersebut kami berunding dan menanyakan lebih detail kondisinya (si bos nelpon teruss, nanyain "udah jalan belum?") bener2 ye si bos..@%&)%%@^
Setelah kami berbincang dengan penduduk setempat dan juga adanya tekanan dari bos untuk segera meneruskan perjalanan, akhirnya saya memutuskan untuk melanjutkan perjalanan yang menurut penduduk untuk mencapai lokasi yang kita tuju memerlukan waktu ± 3 4 jam lagi, saya duduk dibangku depan samping andri driver.. 

    1 jam perjalanan pertama kami melewati daerah perbukitan yang mana jalannya sangat licin karena hujan telah membawa tanah merah dan juga mengakibatkan longsor dibeberapa titik jalan, dan mungkin karena situasi yang mencekam, kami tidak menyadari bahwa dari desa terakhir tadi diantara kami tidak ada yang ngobrol, saya sendiri sepanjang jalan tidak putus membaca Ayat kursi dan berserah kepada Allah SWT.
    Setelah hampir 2 jam perjalanan akhirnya kami sampai pada ujung jajaran pohon2 besar, dan kami agak tenang, nahhh disini andri baru bercerita bahwa dirinya belum sama sekali ke daerah ini, jadi ya mungkin kepalang tampangnya culun karena pucat ya sekalian basahhh dahh pikir dia... :) karena pengalaman ini kami menjadi semakin dekat, mungkin karena sudah pernah memiliki perasaan yang sama (ketakutaann) hahaha...

jadi ada 2 (dua) fakta yang saya temukan sepanjang jalan tadi.
  • Bahwasanya Orang Timur tidak se-angker (kuburan kaleee) tampang dan perawakannya.
  • Bahwasanya lokasi yang akan saya tuju merupakan daerah Ujung Berung, yang mana banyak orang NTT sendiri belum pernah ke daerah tersebut, kalaupun harus menyeberang ke wilayah Timor Leste, maka mereka akan memilih melewati Pos Perbatasan Mota'ain di daerah Atambua yang lebih dekat ke Kota Kabupaten. Dan faktanya sampai saat ini di Jakarta saya sudah bertemu dengan 4 orang NTT (khususnya daerah Kupang dan Sekitarnya) mereka juga tidak tau dengan daerah Motamasin... Hadeuuhhhhh..*@&*^%*%%$
Akhirnya ± pada jam 23.00 kami sampai di lokasi dan disambut oleh teman2 kantor dan juga bos2 yang ketawa2 ngeledekin saya. 
BaseCamp Proyek Peningkatan Jalan Motamasin - Betun.


    Setelah berbincang sebentar dengan teman2 dan para staff, akhirnya saya memutuskan untuk beristirahat, dan untuk diketahui, saya tidur dibangunan Bedeng yang luasnya kira2 10m x 50m, disekat2 menjadi banyak kamar dan tiap kamar ditempati 2-4 orang, saya sendiri menempati sebuah kamar bersama dengan Pak...(lupaaa), beliau adalah Kepala laboratorium Sipil dari Jakarta yang berambut gondrong dan umurnya kurang lebih 10thn lebih tua dari saya.

Gapura Perbatasan RI - RDTL Pos Perlintasan Motamasin

Scorpio, Lambang Pasukan Penjaga Perbatasan




  END OF PART 1  


      -----------------------------------------------------




Tidak ada komentar:

Posting Komentar