Kamis, 14 Mei 2020

POS PERBATASAN RI - RDTL ( PART 2 ) Finish

 Dibelakang saya Gapura Perbatasan RI - RDTL 

  Base Camp Proyek Motamasin 

    Pada dasarnya Proyek ini merupakan Proyek Pemerintah Pusat, yang mana alokasi dananya diberikan kepada Kementrian PU Republik Indonesia kemudian diberikan kepada Pihak Ke-2 melalui Tender Umum Terbuka.

ada beberapa hal yang menjadi perhatian di perbatasan ini terutama bagi penduduk setempat, Petugas dan Kami para pendatang, mulai dari masalah keseharian, makanan sampai tatanan kehidupan penduduknya. 
  • Perbatasan Motamasin pada masa Integrasi adalah merupakan Daerah Operasi Militer yang cakupan luasnya sampai 30km dari Perbatasan, sehingga penduduk disini terbiasa dengan hal2 yang berbau Militer, seperti peralatan sehari2 dan juga pakaian yang dikenakan (loreng).
  • Kebiasaan saya pada saat tiba di wilayah baru adalah selalu berorientasi pada SOSPED (Sosiologi Pedesaan) dan Menjajaki Wilayah Hutan dan alam sekitar. karena kebiasaan ini saya melihat Makam2 tak bernama di dalam Hutan, yang setelah saya konfirmasi itu merupakan makam2 Pejuang Integrasi baik yang Pro maupun Kontra.
  • Pro dan Kontra Integrasi merupakan hal yang sakral, masing2 pihak bertahan kepada keyakinannya dengan mempertaruhkan nyawa. kakak dengan adik, Bapak dengan Ibu, Orang tua dengan Anaknya.. mereka terpisah karena meyakininya.. 
    Di Proyek ini saya ditetapkan sebagai Kepala Basecamp dan Koordinator Truck dan Alat Berat, saya bertanggung jawab terhadap seluruh isi Basecamp yang mencakup Mesin Crusser (Pemecah Batu), AMP (Aspalt Mixing Plan), Stok Material, Produksi Aspalt dan Jalur Distribusi Material Kelokasi pekerjaan.



    Saya tidak akan membahas lebih lanjut mengenai Pekerjaan, tapi lebih ke masalah Sosial dan Kebudayaan.
Kabupaten Belu masih memegang teguh adat budaya yang berlaku, seperti adanya Suku-suku pribumi, dan dilokasi kami merupakan wilayah  Adat LEOGORE  , dan Kepala Adat nya bernama Om Herison beliau juga menjabat sebagai HUMAS di Proyek kami.
Sebagian besar waktu saya diperuntukkan dalam mengurus Kesejahteraan Supir dan Operator, mulai uang makan, lembur dan gaji. Rata2 saya baru bisa istirahat jam 12 malam dan jam 6 pagi harus standby untuk pengecekan unit dan armada..

    Suatu hari saya meminpin sebuah Survey Jalur dengan memotong jalan menerobos hutan (hehehe... senangnya hatiku), nantinya jalur ini akan digunakan sebagai jalur Alat Berat dari Basecamp menuju Sungai atau sebaliknya.
Saya berjalan paling depan diikuti oleh Om Herison dan anak2 yang lain, sampailah pada sebuah bukit yang mana bukit itu merupakan perkebunan Pohon Jambu Mede, tanpa pikir panjang saya langsung memenuhi seluruh kantong yang ada dengan kacang Mede, entah berapa kilo yg saya bawa mungkin 4-5kg. Flora didaerah sana didominasi dengan Pohon Jati, yang mana merupakan program dari PERHUTANI beberapa tahun yang lalu.

    Kabupaten Belu merupakan daerah pesisir yang amat kaya dan berlimpah dengan hasil lautnya, tapi disana tidak boleh memakai kapal bermotor, jadi para nelayan memakai sampan dan Jala untuk menangkap ikannya, Peraturan ini sangat dipatuhi oleh penduduk setempat.
suatu hari saya membeli dengan uang Rp.50.000 dan mendapatkan 1 ikat Lobster (kurang lebih 10 ekor) dan beberapa ekor ikan sebesar 3 jari, lobster seukuran 2 jari, mungkin kalau ditimbang 1kg berisikan 3 ekor lobster (pokoknya makan 1 ekor sampe sore g makan lagi)... 😄

    Disuatu tempat disalahsatu titik pantai saya dikenalkan oleh Om Herison seseorang yang merupakan buronan/TO (Target Operasi) kemanusiaan Pasukan PBB. 
(Perlu diketahui pada saat saya disana, Pasukan PBB masih bertugas di Timor Leste, karena waktu itu Pemerintahan Timor Leste dianggap belum sepenuhnya dapat menjalankan Pemerintahan).
jadi Bapak itu adalah seorang  TO/Target Operasi PBB 003  dia bersembunyi di Pantai bagian yang agak terpencil, saya baru mengetahui bahwa buronan PBB 001 adalah Orang tua/Bapaknya Om Herison.😨😨 (sungguh Tragiss...)

   Beserta Om Herison  (Kepala Adat Leogore) 

    Inilah Bapak yang menjadi Target Operasi PBB 003   

      
    Saat di Motamasin kurang lebih selama 5 bulan Saya tidak pernah melihat lampu merah ataupun angkutan umum karena jalan sepanjang kurang lebih 40km itu merupakan jalan satu satunya menuju Pos perbatasan Motamasin.

Berikut Jarak tiap Tempat dari Basecamp tempat saya menetap :
  • Warung makan (Halal) berjarak 5km
  • Toko Baju dan Elektronik berjarak 25km
  • Masjid berjarak 30km
Masjid dan toko2 tadi terletak didaerah yang bernama BETUN, merupakan daerah tempat persinggahan orang2 Bugis atau Makasar yang sudah turun temurun, dan rata2 yang memiliki udaha disana adalah orang Bugis.
    Jadi Pada saat Hari Raya I'dul Adha Saya bersama rombongan dan juga beberapa orang Tentara Perbatasan dengan mengendarai mobil truk berangkat kira2 jam setengah lima subuh, yang mana perkiraan kami akan tiba kurang lebih jam 6 (enam).
Walhasil kami tiba di Masjid belum sampai jam 6, tapi kami melihat Khotib sedang ceramah, dan kami berpikir berarti Sholat I'd sudah selesai..??? ternyata benar, disana jam 6 udah kayak jam 8 di Jakarta (Teraanggg, jadi kami tidak memperkirakan adanya perbedaan Waktu Indonesia Timur, dan Tentara Perbatasanpun  mereka baru berdinas disini (2 bulan). Akhirnya kami hanya membuat Dokumentasi dan menunggu agak siang agar dapat melihat2 ke toko pakaian....

Sebenarnya banyak hal yang ingin saya ceritakan pengalaman di sana, tapi apa daya tangan tak sampai.

   ..Ini pada saat saya baru tiba di masjid   

   Jembatan Terpanjang di Kabupaten Belu   



Tidak ada komentar:

Posting Komentar